Jumat, 15 Mei 2020
Selasa, 05 November 2013
Hino Dutro Prestigo, Minibus Nyaman Dengan 15 Kursi
Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) baru-baru ini telah meluncurkan mikrobus 4 ban yang diberi nama Prestigo. Minibus yang menggunakan chasiss Hino Dutro 110 SDBL ini menggunakan mesin tipe WO4D-TP diesel empat silinder segaris, direct injection, ber-turbocharger. Besaran tenaganya mencapai 110 PS/2,800 rpm dengan torsi maksimal 29 Kgm/1,800 rpm. Selain itu, chasiss bus ini panjang, sehingga dapat menampung hingga 15 penumpang. Pada kaki-kaki juga sudah dilengkapi dengan stabilizer atau penyeimbang, ditambah lagi denagan adanya sistem suspensi per daun yang lebih lembut, sehingga nyaman saat dikendarai dan tidak limbung saat manuver. Kelebihan lain dari bus ini adalah sistem peredaman suara yang baik, karena di bagian antara body dan chasiss di beri mounting khusus.
Yang tak kalah menarik adalah bus ini dijual termasuk body, bukan hanya chasissnya saja. Dalam pembuatan body, Hino mempercayakan penggarapannya kepada Karoseri Adiputro di Malang, Jawa Timur."Kami sengaja menggandeng Adiputro untuk membuat bodi dan pendingin ruangan yang sudah disesuaikan dengan standar Hino, jadi kualitas lebih terjamin," jelas Santiko Wardoyo, Direktur Penjualan dan Promosi HMSI di Kantor Pusat Hino, Jakarta Timur, akhir pekan lalu.
Bus yang sempat dipamerkan di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2013 bulan September lalu dibanderol dengan harga Rp354 juta dalam kondisi off the road. Harga ini terpaut Rp146,9 juta bila konsumen membeli Dutro tanpa karoseri (sasis saja) yang dibanderol dengan harga Rp207,1 juta.
Minggu, 28 Juli 2013
Spesifikasi Hino RN 285
Dimensi Hino RN-8J |
Setelah varian Hino RK-8J sudah mulai ketinggalan dengan varian Mercedes-Benz,Hino akan mengeluarkan varian Hino RN-8J,dengan power 280 HP,dilengkapi dengan Suspensi Udara,Full Air Brake,dan varian akan menjadi pesaing varian Mercedes-Benz OH 1626.Berikut spesifikasinya :
Fitur
|
Spesifikasi
|
Pengereman dilengkapi ABS (Antilock breaking System)
|
Power: 206 kW (276.1 Hp) pada 2400 rpm
Torsi : 824 Nm pada 1500 rpm
|
Transmisi Otomatis (Optional)
|
Transmisi :
6 Percepatan (manual)
6 Percepatan (otomatis)
|
Konfigurasi Seats 45-61 Seats
|
Wheelbase : 6000 mm
Panjang Total : 11.460 mm
GVW : 16.000 kg
|
Suspensi Udara
( 2 Balon di depan, 4 Balon di belakang)
|
Dan satu lagi,menurut kabar,varian ini akan launching di Indonesia oleh Hino Indonesia pada pertengahan September mendatang.
Sistem Pada Bus Tidak Mungkin Blong!
Masih berkutat di sistem rem yang belakangan banyak membuat resah pengguna bus, sebenarnya, sistem yang terpasang sudah begitu canggihnya untuk mencegah rem loss dengan sendirinya alias blong. Memang, yang masih menggunakan sistem air over hydraulic atau kombinasi minyak rem dengan udara masih ada potensi. Tapi, versi teranyar yang full air sudah lebih mumpuni loh.
Sudah terbayang dong kalau cara rem fungsinya melambatkan kendaraan, yakni ketika kampas rem ditekan dengan media minyak rem. Nah, pada kendaraan besar macam bus, tekanan yang berlebih pada minyak tentu bisa membuat titik didih minyak rem meningkat tinggi. Efeknya, minyak rem kehilangan kemampuan untuk menekan. "Versi air over hydraulic yakni kampas tetap ditekan dengan minyak rem. Bedanya, udara bertekanan yang digunakan untuk mendorong minyak rem tersebut," urai Roffi Tresmawan, Training Publikasi Dept. PT. Hino Motor Sales Indonesia (HMSI).
Dimensi dan bobot bus yang besar, tentu bikin rem turut bekerja ekstra. Pastinya, kekuatan kaki enggak bakal cukup kalau hanya mengandalkan booster layaknya mobil konvensional. Maka dari itu, pada mesin terdapat kompresor yang berguna untuk membangkitkan udara bertekanan, yang kemudian disimpan dalam tangki khusus.
Exhaust brake pada Hino gabung dengan tuas wiper, tekan ke arah bawah untuk melambatkan kendaraan
Beda dengan zat cair yang akan menghasilkan tekanan yang sama ke segala arah, udara mempunyai sifat bisa dikompresi. Maka, tangki tersebut menjaga udara tetap di tekanan tertentu agar dapat bekerja. Kerennya rem bus, terdapat juga exhaust brake, yang berfungsi utama sebagai alat bantu untuk melambatkan kecepatan.
"Exhaust brake bekerja dengan cara menutup lubang exhaust, sehingga mesin tidak akan membangkitkan tenaga baru. Kerjanya akan maksimal ketika dipakai, sambil dibantu dengan rem yang terpasang," sambung Roffi lagi. Kalau Hino memasang perangkat ini pada tuas di sisi kiri setir, sedang bus Mercedes-Benz pada tombol di dekat pedal. Kerjanya, tentu masih membutuhkan udara bertekanan untuk menutup exhaust tersebut. Bayangkan betapa besarnya tekanan exhaust yang harus dilawan untuk menutup lubang tersebut. Lebih efektif lagi, ketika mengerem, engine brake juga digunakan.
Nah, kalau full air system, minyak rem sudah ditinggalkan. Gantinya, seluruh sistem pengereman mengandalkan udara bertekanan untuk mendorong kampas rem. Karena bentuk batang pendorongnya seperti huruf S, maka disebut juga S-cam. Awalnya, udara dari kompresor akan disaring, agar air yang terkandung tidak ikut masuk dalam sistem rem. Seandainya masuk pun, air yang terlanjur masuk masih bisa dibuang melalui drain valve yang terdapat di bagian bawah tangki.
Indikator tekanan udara paling penting, tidak boleh rusak apalagi mati (kiri) - Air over hydraulic masih mengandalkan minyak rem untuk menekan kampas (kanan)
Tekanan udara dalam tangki dijaga oleh gorvernor, lalu nantinya akan diteruskan menuju rem depan ataupun belakang, melalui brake chamber. "Pada bus Hino, tekanan dalam tangki dijaga sebesar 8,5 bar," ungkap pria ramah ini. Tentunya, sebesar apa udara akan mendorong kampas, berdasarkan perintah dari tekanan pada pedal rem. Kebanyakan bus keluaran terbaru sekarang ini, bahkan sistem rem sudah menggunakan bantuan sensor elektronik terkomputerisasi atau ECU (Electronic Control Unit).
Kebalikannya dengan rem parkir. Pada bagian brake chamber terdapat per atau pegas berukuran besar yang mempunyai tekanan besar, berfungsi untuk menekan kampas rem. Kalau pada pengereman normal, udara bertekanan yang tersimpan digunakan untuk mendorong pegas tersebut agar kampas tidak mengerem. Ketika rem parkir diaktifkan, maka tuas justru akan membuang udara pada brake chamber agar rem selalu terkunci dengan tekanan dari pegas tersebut.
Jadi, sebenarnya istilah rem blong pada bus dengan full air system bisa dikatakan sangat kecil terjadi. Kecuali, mekanik atau sistem perawatan masing-masing operator bus tersebut memang sengaja melonggarkan rem parkir. Tujuannya beda-beda, bisa jadi akibat kompresor terlalu lemah untuk menghasilkan tekanan yang diinginkan, atau bisa jadi ada kebocoran pada jalur udara. Kembali lagi, seandainya perawatan yang dikerjakan sudah memenuhi prosedur, pastinya pabrikan sudah membuat sistem yang ada seaman mungkin, tanpa perlu mengorbankan konsumen kan.
Sudah terbayang dong kalau cara rem fungsinya melambatkan kendaraan, yakni ketika kampas rem ditekan dengan media minyak rem. Nah, pada kendaraan besar macam bus, tekanan yang berlebih pada minyak tentu bisa membuat titik didih minyak rem meningkat tinggi. Efeknya, minyak rem kehilangan kemampuan untuk menekan. "Versi air over hydraulic yakni kampas tetap ditekan dengan minyak rem. Bedanya, udara bertekanan yang digunakan untuk mendorong minyak rem tersebut," urai Roffi Tresmawan, Training Publikasi Dept. PT. Hino Motor Sales Indonesia (HMSI).
Dimensi dan bobot bus yang besar, tentu bikin rem turut bekerja ekstra. Pastinya, kekuatan kaki enggak bakal cukup kalau hanya mengandalkan booster layaknya mobil konvensional. Maka dari itu, pada mesin terdapat kompresor yang berguna untuk membangkitkan udara bertekanan, yang kemudian disimpan dalam tangki khusus.
Exhaust brake pada Hino gabung dengan tuas wiper, tekan ke arah bawah untuk melambatkan kendaraan
Beda dengan zat cair yang akan menghasilkan tekanan yang sama ke segala arah, udara mempunyai sifat bisa dikompresi. Maka, tangki tersebut menjaga udara tetap di tekanan tertentu agar dapat bekerja. Kerennya rem bus, terdapat juga exhaust brake, yang berfungsi utama sebagai alat bantu untuk melambatkan kecepatan.
"Exhaust brake bekerja dengan cara menutup lubang exhaust, sehingga mesin tidak akan membangkitkan tenaga baru. Kerjanya akan maksimal ketika dipakai, sambil dibantu dengan rem yang terpasang," sambung Roffi lagi. Kalau Hino memasang perangkat ini pada tuas di sisi kiri setir, sedang bus Mercedes-Benz pada tombol di dekat pedal. Kerjanya, tentu masih membutuhkan udara bertekanan untuk menutup exhaust tersebut. Bayangkan betapa besarnya tekanan exhaust yang harus dilawan untuk menutup lubang tersebut. Lebih efektif lagi, ketika mengerem, engine brake juga digunakan.
Nah, kalau full air system, minyak rem sudah ditinggalkan. Gantinya, seluruh sistem pengereman mengandalkan udara bertekanan untuk mendorong kampas rem. Karena bentuk batang pendorongnya seperti huruf S, maka disebut juga S-cam. Awalnya, udara dari kompresor akan disaring, agar air yang terkandung tidak ikut masuk dalam sistem rem. Seandainya masuk pun, air yang terlanjur masuk masih bisa dibuang melalui drain valve yang terdapat di bagian bawah tangki.
Indikator tekanan udara paling penting, tidak boleh rusak apalagi mati (kiri) - Air over hydraulic masih mengandalkan minyak rem untuk menekan kampas (kanan)
Tekanan udara dalam tangki dijaga oleh gorvernor, lalu nantinya akan diteruskan menuju rem depan ataupun belakang, melalui brake chamber. "Pada bus Hino, tekanan dalam tangki dijaga sebesar 8,5 bar," ungkap pria ramah ini. Tentunya, sebesar apa udara akan mendorong kampas, berdasarkan perintah dari tekanan pada pedal rem. Kebanyakan bus keluaran terbaru sekarang ini, bahkan sistem rem sudah menggunakan bantuan sensor elektronik terkomputerisasi atau ECU (Electronic Control Unit).
Kebalikannya dengan rem parkir. Pada bagian brake chamber terdapat per atau pegas berukuran besar yang mempunyai tekanan besar, berfungsi untuk menekan kampas rem. Kalau pada pengereman normal, udara bertekanan yang tersimpan digunakan untuk mendorong pegas tersebut agar kampas tidak mengerem. Ketika rem parkir diaktifkan, maka tuas justru akan membuang udara pada brake chamber agar rem selalu terkunci dengan tekanan dari pegas tersebut.
Jadi, sebenarnya istilah rem blong pada bus dengan full air system bisa dikatakan sangat kecil terjadi. Kecuali, mekanik atau sistem perawatan masing-masing operator bus tersebut memang sengaja melonggarkan rem parkir. Tujuannya beda-beda, bisa jadi akibat kompresor terlalu lemah untuk menghasilkan tekanan yang diinginkan, atau bisa jadi ada kebocoran pada jalur udara. Kembali lagi, seandainya perawatan yang dikerjakan sudah memenuhi prosedur, pastinya pabrikan sudah membuat sistem yang ada seaman mungkin, tanpa perlu mengorbankan konsumen kan.
Istilah-Istilah Pada Dunia Perbisan
AC Kandang Doro: Sebutan untuk AC merek Thermo King model lama, biasanya berbentuk kotak seperti kandang merpati
Airsus: Peredam kejut yang menggunakan teknologi balon udara; Air Suspension
Anggur: Penumpang yang sudah tua (kakek/nenek)
AP: Karoseri Adi Putro
Arisan: Ongkos
ATB: AC Tarip Biasa, sama aja kayak AC Ekonomi Barang
Alus: Penumpang gadis/cewek
Batangan: Bis yang biasa dan hanya dikemudikan oleh sopir tertentu; pegangan
Bleyer: Main-main gas
Blong: Mendahului kendaraan yg di depannya; take over; Ngeblong
Bocor Halus: kebocoran pada ban yang tidak signifikan dan ban masih bisa digunakan untuk jarak tertentu, ban tidak langsung kempes
Bola Tanggung: menyalip pada saat ada kendaraan dari lawan arah dan hampir kres; Nyangkut; Stik Tipis
Boncos: Penumpang sedikit sehingga tidak mencapai target setoran Brik/brake: exhaust brake
Buka Jalur: Melewati jalur arus yang berlawanan pada saat kosong karena terjebak macet
Boemel: Bis tanpa AC, umumnya konfigurasi kursi 2-3 di kanan, sama aja bis Ekonomi
Bus Cepat/Bus Malam: bis yang umumnya menempuh perjalanan jarak jauh (antar-provinsi) dan hanya melayani pembelian tiket via agen
Ceng Ceng Po : meledek saingan yang kalah; abal-abal atau cupu
Checker: petugas yang memeriksa jumlah penumpang; kontrol
Cilok: Penumpang jarak dekat atau penumpang tidak resmi; Cilokan
Cooler : Mercedes Benz tipe OH 1521
Dalban: Semacam makian, artinya bocor halus
Dimassa: Terkena serangan masyarakat, seperti dilempari batu, dll.
Exe: Executive, kelas layanan dalam bis yang ditandai dengan, antara lain, fasilitas tempat duduk 2-2
Extended Tail: Menambah beberapa cm overhang belakang, Sehingga terlihat lebih panjang
Foot Rest: Sandaran kaki
Feeder: Kendaraan/angkutan yang digunakan untuk mengantar atau menjemput penumpang;Shuttle
Gasik: Cepat sampai tujuan
Goldrag/Naga Emas: Sebutan untuk chasis Golden Dragon (made in China)
Gondeli: Membebani, hampir sama dengan nyurung
Gunting: Menagih uang pada sewa (penumpang)
Handle Grip: Pegangan untuk tangan yang terpasang di langit-langit bis
HD: Sebutan untuk bis beratap tinggi, biasanya karoseri AP; HighDeck
Jackpot: Bahasa halus untuk mabuk darat; Muntah
Jetbus: Varian model keluaran AP. Singkatan Jethrokusumo yang merupakan ownernya AP.. Konsepnya royal travego, tapi pihak AP, menamainya dengan Jetbus
HD: Sebutan untuk bis beratap tinggi, biasanya karoseri AP; HighDeck
Jackpot: Bahasa halus untuk mabuk darat; Muntah
Jetbus: Varian model keluaran AP. Singkatan Jethrokusumo yang merupakan ownernya AP.. Konsepnya royal travego, tapi pihak AP, menamainya dengan Jetbus
Jilat Sapi: Mepet dengan kendaraan yang didepannya; stik tipis
Kacang Atom: Penumpang anak sekolahan
Kacang Ijo: Penumpang tentara
Kandang Macan: Tempat tidur sopir di dalam bis, letaknya paling belakang
Kebanan: Ban kempes, pecah ban; gangguan pada ban; ngeban
Kernet: pembantu sopir, awak bis yang bertugas mengawal jalannya kendaraan di sisi kiri, mencari penumpang, menaikkan dan membantu menurunkan barang bawaan, dst.; Kenek
Kewok: Kena salip
King: Mercedes Benz OH 1518
Kir: Masa uji kelayakan kendaran
Kiri Prei: Kiri kosong tidak ada rintangan; nyalip dari kiri
Klaim: Hukuman denda terhadap kru, biasanya potong premi.
Klok: Terdapat kerusakan pada bus di bagian mesin sehingga harus turun mesin, Mesin mati total; Mesin Klok
Kolor Ijo: Penumpang polisi
Kondektur: Awak bis yang bertugas menarik karcis.
Kontrol: Petugas dari pihak perusahaan otobis yang mengawasi kinerja bis di tengah perjalanan, mencakup penumpang, jumlah tiket/karcis berbanding dengan jumlah penumpang, dll.
Koridor: Gang di antara kursi; Gangway
KPR: Terminal Kp. Rambutan
KPR: Terminal Kp. Rambutan
KPS: Kartu pengawasan, semacam izin trayek
Kres: Diambil dari kata Cross Bersimpangan, bersilangan atau berpapasan dengan bus (atau kendaraan lain) dari arah berlawanan. Kadang digunakan juga untuk memberitahu adanya kendaraan lain dari arah berlawanan ketika akan menyalip.
Kresek: Tas plastik yang biasanya disediakan di handle grip langit-langit bis bumel untuk mengantisipasi penumpang yang mabuk dan muntah di dalam kabin Kursi
CB: Kursi kernet di dekat pintu kiri Kursi
CD: Kursi yang ada di tengah, di antara kursi kernet (CB) dan kursi pengemudi
Kursi Rata: Semua kursi terisi penumpang; Rata Kursi; Rata Bangku
Laka: Kecelakaan
Lampu Mayang: Lampu hiasan yang biasanya ada di bagian atas bis
Langsir: Aktivitas memarkirkan atau mempersiapkan bis ke jalur pemberangkatan untuk dikendarai oleh awaknya
LB: Terminal Lebak Bulus
LB: Terminal Lebak Bulus
LE: Limited Edition (biasanya untuk menyebut Legacy SR-1 Limited Edition)
Legrest: penyangga betis yang berada di bawah jok, dikendalikan dengan tuas
LG: Ucapan yang disampaikan oleh penumpang agar mendapatkan potongan harga karcis; maksudnya “langganan†(biasa dipakai penumpang bis Ismo bumel Semarang-Solo-Batu)
Limbung: Bergoyang kiri-kanan, tidak seimbang, biasanya pada body highdeck
Livery: Model dan warna cat pada bis
Lob/Lop: Istilah para Driver pada kondisi jalan menurun Driver tidak menyentuh/menggunakan rem. Tapi biasanya Driver tersebut memang sudah hapal/mengenal situasi dan kondisi jalan tersebut. Bisa juga istilah untuk kondisi menyalip, seperti bola tanggung/ngeblong, dimana menyalip dengan agak memaksa kendaraan dari depan untuk mengalah
Manten Kawak: Penumpang bapak-ibu yang sudah tua
Marcopolo: Nama model lampu depan bis berbentuk setengah lengkungan
Meteran: Penumpang jarak dekat, penumpang jarak pendek, juga dipakai untuk menyebut bis AKDP bagi kru awak bis AKAP
Miring: Penumpang melebihi kapasitas kursi
Molor: Bus berjalan perlahan walaupun kondisi lalu lintas lancar
MP: Singkatan karoseri Morodadi Prima
Muriaan: Sebutan untuk bis yang bermarkas/tujuan Jepara, Kudus (Nusantara, Bejeu, Shantika, Haryanto)
Muriaan: Sebutan untuk bis yang bermarkas/tujuan Jepara, Kudus (Nusantara, Bejeu, Shantika, Haryanto)
Nanduk: Penumpang melimpah, penghasilan berlebih
Netral: Suka menetralkan perseneling bis dalam kecepatan tinggi untuk mengurangi beban mesin sehingga dapat menghemat solar; Gigi 8
Ngampas: Ganti kampas rem
Ngeban: Mengganti ban yang bocor; Kebanan
Ngejim: Mesin jebol/macet
Ngeker (teropong): Diikuti dari jarak jauh gak ada niat mendahului
Ngelen: Berjalan pada trayek; Nge-line
Ngemel: Memberi tips untuk petugas dengan tujuan keuntungan tertentu
Ngempos: Mesin hilang daya; gas diinjak tetapi putaran mesin tidak naik; Masuk Angin
Ngeslah: Berjalan tidak sesuai jadwal. cara ini berakibat pada okupasi penumpang bis yang lain
Ngetem: Berhenti di suatu tempat (sebentar atau lama) untuk menunggu/mencari penumpang; Tem
Nu3: Bis Nusantara, diserap dari Bhs. Mandarin, 3 = San
Nu3: Bis Nusantara, diserap dari Bhs. Mandarin, 3 = San
Nyelah: Mengukur rentang (jarak dan waktu) antara bis depan dan belakang
Nyerep: Membawa kendaraan yang bukan pegangan atau batangannya sehari penuh
Nyodok: 1. Tidak ikut dalam antrian, langsung menyodok ke depan 2. Memaksa mendahului mobil di depannya (seperti ngeblong)
Nyurung: Terus-menerus membuntuti bis di depannya, umumnya terjadi pada bis bumel untuk memperebutkan penumpang
OB: Over blast, penumpang resmi yg berlebih
OH Elektrik: Mercedes Benz tipe dengan mesin seri 900
OH Kingler: Mercedes Benz tipe OH 1518 transmisi 7 percepatan
OH: Omnibus Hinten (bis bermesin belakang, varian Mercedes Benz)
OF: Bis bermesin depan, varian Mercedes Benz
Parkir: isyarat kenek untuk memberitahukan kepada pramudi bahwa ada kendaraan yangg berhenti/parkir di depannya
Parwis: Bis pariwisata
Parwis: Bis pariwisata
Patas: Cepat terbatas, bis dicirikan dengan tidak berhenti di setiap terminal, tempat duduk kisaran 43, namun karcis ditarik di atas bis, bukan di agen.
Peluit: Dari bus berturbo biasanya berasal dari saluran wastegate, atawa saluran pembuangan tekanan turbo yang berlebih. Itu karena ujung pipa exhaust dipasangi peluit.
Penumpang Batu: Kondisi dalam suatu trayek di mana mayoritas penumpangnya naik dari tujuan awal dan turun di tujuan akhir trayek tersebut
Perpal: Tidak jalan
PK: Pahala Kencana
PK: Pahala Kencana
PO: Perusahaan Otobus
Poin: Penumpang; Sewa
PP: Pergi-pulang
Prei: Ucapan atau petunjuk yang disampaikan (biasanya oleh kenek) untuk menyatakan bebas menyalip karena tidak ada kendaraan dari lawan arah dan aman; Pere
Premi: Pendapatan kru berdasarkan penghasilan bis dalam 1 pergi-pulang. Biasanya berupa jumlah dari total pendapatan kotor harian-klaim kru.
Proses Verbal: Pelanggaran tarif (karcis, coretan pada karcis, tidak dikarcis) yang terendus oleh kontrol dan dilaporkan ke pengurus PO untuk selanjutnya diberikan diklaim, khususnya kondektur.
Putar Kepala: Baru datang langsung jalan kembali
R: Penumpang gelap/tidak resmi (istilah bis malam); Cilokan; Sarkawi
Reclining Seat: Kursi bis yang sandarannya bisa direbahkan; Kursi Rebah
Recreational Vehicle (RV): Bis yang dirancang bukan saja sebagai alat transportasi, melainkan juga sebagai tempat istirahat. interiornya dibuat mewah, dilengkapi ruang tamu/rapat. ada pula yang dilengkapi dengan kamar tidur. Contoh: Omah Mlaku (PO Nusantara), Limo (PO Sumber Alam), Imah Leumpang (PO Metropolitan), dll. Rem Paku: Menginjak rem sedalam-dalamnya/rem mendadak
Retarder Brake: Lebih sering disebut dengan "retarder†rem pembantu dengan model pengendalian mekanikal (mengontrol laju putaran mesin, bukan dengan mencengkeram laju roda); dapat ditemukan pada, di antaranya, bis Volvo seri B7R dan B12M, juga pada bis Mercedes Benz seri OH 1632 dan OH 1830, dan lain-lain.
Rit: Jarak yang mesti ditempuh dalam suatu trayek
RK Jess: istilah untuk Hino RK8 R235/ RK8 R260
RM: 1. Terminal Rawa Mangun 2. Rumah Makan
Rosin: Rosalia Indah
RM: 1. Terminal Rawa Mangun 2. Rumah Makan
Rosin: Rosalia Indah
RPM (Rotary per Minute): kecepatan putaran mesin dihitung berdasarkan banyaknya jumlah putaran dalam setiap menitnya
Sasis: kerangka kendaraan yang menjadi tumpuan bodi; chasis
SE: Super Executive, merupakan kelas layanan bis reguler yang dicirikan oleh, antara lain, tempat duduk konfigurasi 1-2, dipisahkan oleh koridor serta jarak antarkursi yang cukup longgar dan jok yang lebar
Selah: Jarak antara bis pada rute/trayek/tujuan yang sama
Selendang: Panggilan untuk model Setra
Seri Mumet: Seri muter/tidak tetap
Setoran Gantung: Kondisi setoran tidak mencukupi dan sisanya akan digabung dengan setoran esoknya
Sewa Batu: Situasi sewa yang tetap
Sewa Cair: Situasi sewa yang naik-turun
Sewa Miring: Bis dengan kondisi penumpang yang penuh sesak
Singa: Sebutan untuk SCANIA
Siter: Aktivitas sopir menyambangi istri simpanan
Siulan: Siulan kernet berarti kode kepada sopir untuk mengaba-aba adanya rintangan di sisi kiri, aba-aba untuk mengerem
Skep: Setarder brake, rem bantuan yang bekerja dengan cara menghentikan laju putaran mesin; dikendalikan melalui tongkat panel di sebelah kiri bawah kemudi (pada kendaraan-kendaraan buatan Jepang, seperti Hino, Nissan, Mitsubishi, dll.) yang biasanya juga dipakai untuk menjalankan kipas kaca (wiper).
Solar: "jatah solar", keputusan perusahaan menjatah bahan bakar solar untuk rit/perjalanan bis; "los solar", keputusan perusahaan untuk tidak membatasi jumlah liter solar yang digunakan dalam operasional bis; "tombok solar", biaya yang mesti dikeluarkan oleh awak bis untuk membiayai pembelian solar dalam rit karena beberapa alasan, sebab jalan macet, ngejoss, dll, sementara pihak perusahaan menerapkan keputusan "jatah solar".
Soloensis: Sebutan untuk bis yang bermarkas/tujuan Solo
Soloensis: Sebutan untuk bis yang bermarkas/tujuan Solo
Sopir Pinggir: Sopir yang menjalankan bis sejak pertama kali berangkat
Sopir Tembak: Sopir panggilan, bukan sopir pasti alias bukan sopir bis armada tertentu
Sopir Tengah: Sopir yang mengemudikan bis di tengah perjalanan, menggantikan sopir pinggir
SPJ: Surat Perintah Jalan, dikeluarkan oleh bagian operasional suatu perusahaan untuk diambil oleh kru yang bertugas, mencatat jumlah penumpang (sistem checker), jumlah rit (sistem setoran), dan waktu rit
Sprinter: Model karoseri buatan Laksana Stat: Sistem checker, kependekan kata "statistik"
Stik: Menyalip sekaligus merintis jalan bagi kendaraan yang ada di belakangnya;
Storing: Mogok dan harus diderek; Ngeklok
Stut: Ngejos, banter, putar kepala
Suspensi: peredam kejut, tapi terkadang dimaksudkan “air suspensionâ€
Tekor: Penghasilan kurang dari nilai setoran
Teler: Tendapat perintah bergeser ke kota lain
Temteman: Tempat/spot yang biasa dipakai untuk ngetem
Timer: Petugas yang mencatat bis yang lewat sebagai bukti narik trayek penuh atau putar balik, juga sebagai pedoman setoran (biasanya pada bis kota )
TO: Tidak Operasi
Tuslah: Tambahan pembayaran untuk karcis/tiket di atas tarif yang biasanya; toeslag
Wonogirian: Sebutan untuk bis yang bermarkas/tujuan Wonogiri (GMS, Gajah Mungkurturbo
Wonogirian: Sebutan untuk bis yang bermarkas/tujuan Wonogiri (GMS, Gajah Mungkurturbo
Langganan:
Postingan (Atom)